Berikut adalah artikel atau berita yang terjadi di nasional dengan judul Kisah Santri Sepuh Mondok di Ponpes Masjid Agung Payaman Magelang yang telah tayang di pkv1qq.me terimakasih telah menyimak. Bila ada masukan atau komplain mengenai artikel berikut silahkan hubungi email kami di [email protected], Terimakasih.
Magelang –
Suasana berbeda terlihat saat puasa ramadan di Masjid Agung Payaman Magelang. Para lansia laki-laki dan perempuan menjadi santri sepuh.
Pantauan detikJateng, kegiatan di pondok pesantren sepuh putri Masjid Agung Payaman Magelang terlihat berbeda saat bulan suci Ramadan. Jika pada hari-hari biasa, santri sepuh hanya sekitar 50-an, namun saat ramadan mencapai 150-an santri.
Para lansia ini datang dari berbagai daerah untuk nyantri di Pondok Pesantren Sepuh Putri Masjid Agung Payaman Magelang. Mereka menjadi santri sejak hari pertama sampai hari ke-20 ramadan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Pengasuh Pondok Pesantren Sepuh Putri Masjid Agung Payaman Magelang, KH Mafatihul Huda mengatakan ponpesnya tahun ini kembali bergeliat setelah tiga tahun saat pandemi kemarin tidak ada kegiatan.
“Alhamdulillah tahun ini kita mengadakan lagi pengajian untuk pondok sepuh, pondok putri Masjid Agung Payaman Magelang. Ini memang pondok yang dikelola oleh masjid. Jadi di antara pengelolaan masjid, ada pondok pesantren sepuh khusus putri yang sudah lansia. Dengan bahasa halus, pondok sepuh. Ya alhamdulillah kali ini sudah hampir 150 peserta,” kata Huda di Masjid Agung Payaman Magelang, Sabtu (25/3/2023).
Dia mengatakan, santri sepuh yang mondok tahunan ada sekitar 50 orang. Kemudian, yang mondok saat ramadan ada 100 orang. Kebanyakan santri sepuh itu dari wilayah eks Keresidenan Kedu, ada pula dari daerah lain.
“Yang diajarkan mulai tafsir habis subuh, kemudian fikih. Tasawuf mulai sebelum zuhur, bakda asar hadis, malam nanti tahajud. Jadi hampir setiap lima waktu ada pengajian, baik fikih, tafsir, tasawuf, dan hadis,” tutur Huda.
“(Perbedaan dengan pondok lainnya) Ini pondok sepuh. Jadi menekankan ketenangan hati, dan kedisiplinan seperti jemaah, salat bersama, hidup bersama, itu yang ditekankan. Bukan seperti yang ditulis terus dikasih rapor nggak, langsung pada pengamalan dan contoh. Membaca Al-Qur’an dicontohi yang benar, diajari salat yang benar, diajari wudu yang benar,” sambung Huda.
Pihaknya menjelaskan, awalnya pesantren putri sepuh, kemudian yang putra tambahan. Untuk putra menginap di rumah tetangga atau warga sekitar.
“Jadi banyak rumah-rumah tetangga yang berubah menjadi sarana pesantren. Rata-rata dari Kedu, Magelang, Temanggung, Purworejo, Kebumen, dan Wonosobo. Yang luar Jawa itu malah bukan puasa, tapi tahunan. Kalau puasa itu jaraknya tanggal 1 sampai 20 ramadan itu yang puasanan, kalau yang tahunan ya sepanjang tahun,” tutur Huda.
Cerita dari para santri sepuh di halaman selanjutnya.
Artikel atau berita di atas tidak berkaitan dengan situasi apapun, diharapkan bijak dalam mempercayai atau memilih bacaan yang tepat. Terimakasih.