Nguriuri Budaya Tari Sintren Ramaikan Hari Jadi Cilacap


Berikut adalah artikel atau berita yang terjadi di nasional dengan judul Nguriuri Budaya Tari Sintren Ramaikan Hari Jadi Cilacap yang telah tayang di pkv1qq.me terimakasih telah menyimak. Bila ada masukan atau komplain mengenai artikel berikut silahkan hubungi email kami di [email protected], Terimakasih.


CILACAP – Dalam rangka memeriahkan Hari Jadi Kabupaten Cilacap ke-167, serangkaian pergelaran kesenian ditampilkan di Alun-Alun Cilacap, Sabtu (18/03/2023). Salah satu kesenian yang ditampilkan adalah Sintren. Pj. Bupati Yunita Dyah Suminar, Ketua DPRD Taufik Nurhidayat beserta para pejabat di lingkungan Pemerintah Kabupaten Cilacap turut hadir memeriahkan acara dan menyapa ratusan warga.

“Saya ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada Bapak Ibu semua. Malam ini kami sajikan pertunjukan Tari Sintren dari Bantarsari. Mari kita saksikan bersama, besok juga masih ada rangkaian kesenian lainnya silahkan ditonton jangan berdesakan ya,” ungkap Yunita.

Tari Sintren merupakan salah satu tarian tradisional yang berasal dari pesisir utara pantai Jawa Tengah dan Jawa Barat. Selain gerakannya, tarian ini juga terkenal dengan unsur mistis karena adanya ritual khusus untuk pemangilan roh atau dewa. Tari Sintren ini tersebar di beberapa tempat di Jawa Tengah dan Jawa Barat seperti di Cirebon, Majalengka, Indramayu, Brebes, Pemalang, Pekalongan dan Banyumas.

Menurut sejarahnya, tarian ini berawal dari percintaan Raden Sulandono dan Sulasih yang tidak mendapat restu dari ayahanda Raden Sulandono. Kemudian Raden Sulandono di perintahkan oleh ibunya untuk bertapa dan diberikan selembar kain sebagai sarana kelak untuk bertemu dengan Sulasih setelah pertapaannya selesai. Sedangkan Sulasih diperintahkan untuk menjadi penari di setiap acara bersih desa yang di adakan sebagai syarat untuk bertemu Raden Sulandono.

Saat pertunjukan rakyat yang diadakan untuk memeriahkan bersih desa, pada saat itulah Sulasih menari sebagai bagian pertunjukan. Malam itu saat bulan purnama, Raden Sulandono pun turun dari pertapaannya dengan cara bersembunyi sambil membawa kain yang diberikan oleh ibunya. Pada saat Sulasih menari, dia di rasuki kekuatan Dewi Rantamsari sehingga mengalami kesurupan. Melihat hal tersebut, Raden Sulandono pun melemparkan kain tersebut sehingga Sulasih pingsan. Dengan kekuatan yang di miliki oleh Raden Sulandono, maka Sulasih dapat dibawa kabur dan keduanya mewujudkan cita – citanya untuk bersatu dalam cinta. Sejak saat itulah sebutan Sintren dan Balangan muncul sebagai cikal bakal dari Tari Sintren ini. Istilah Sintren adalah keadaan saat penari mengalami kesurupan dan istilah Balangan adalah saat Raden Sulandono melempar kain yang di berikan oleh ibunya.

“Ini budaya asli kita, kalau tidak di uri-uri generasi kita bisa lupa. Jadi perlu kita lestarikan sambil bareng-bareng malam mingguan ya,” ujar Taufik. (pink.kominfo)

Artikel atau berita di atas tidak berkaitan dengan situasi apapun, diharapkan bijak dalam mempercayai atau memilih bacaan yang tepat. Terimakasih.