SpaceX dan Ispace Luncurkan Misi Mencari Es di Bulan


Berikut adalah artikel atau berita yang terjadi di nasional dengan judul SpaceX dan Ispace Luncurkan Misi Mencari Es di Bulan yang telah tayang di pkv1qq.me terimakasih telah menyimak. Bila ada masukan atau komplain mengenai artikel berikut silahkan hubungi email kami di [email protected], Terimakasih.

Merdeka.com – Hakuto-R, wahana pendarat atau lander komersial ispace Jepang, menumpang roket Spacex Falcon 9 ke Bulan pada Rabu (30/11) melalui Space Force Station di California, membawa robot penjelajah kecil milik Uni Emirat Arab bernama Rashid dan Lunar Flashlight, muatan ekstra berupa satelit kecil.

Dilansir dari The Verge, Rabu (30/11), wahana tersebut menjadi salah satu misi swasta pertama yang mendarat di Bulan. Selama ini, permukaan Bulan merupakan tantangan yang belum bisa diatasi oleh misi swasta. Robot Rashid sendiri adalah misi bulan pertama UEA setelah misi pengorbit Mars ‘Hope’ sukses diluncurkan pada 2020.

Kendati demikian, rupanya NASA juga telah melibatkan mitra swasta dalam upaya bulan di masa depan, dari dua pendarat bulan SpaceX yang direncanakan hingga program Commercial Lunar Payload Services. Semuanya itu, untuk mengupayakan langkah pertama membawa manusia kembali ke Bulan, termasuk misi yang lebih kecil seperti Lunar Flashlight.

Misi Lunar Flashlight terdiri dari sebuah pesawat kecil yang disebut CubeSat, seukuran tas kerja, yang akan mengelilingi Bulan untuk mencari es di permukaannya. Satelit akan mendekati kutub selatan Bulan setiap enam hari, mengumpulkan data pada masing-masing 10 lintasan.

Glenn Lightsey dari Georgia Tech, penyelidik utama untuk proyek Lunar Flashlight, mengatakan bahwa satelit itu menggunakan instrumen reflektometer laser inframerah yang beroperasi pada empat frekuensi berbeda, memantulkan laser dari permukaan Bulan untuk melihat apakah material yang dituju adalah es atau batu.

“Satelit itu akan berada dalam jarak 20 kilometer dari permukaan Bulan. Jadi pada dasarnya kami menelusuri permukaan Bulan saat melakukan pengukuran sains ini,” kata Lightsey.

Meningkatnya kepastian di antara para peneliti bahwa es memang ada di Bulan telah membuat badan-badan seperti NASA meningkatkan minat mereka pada program yang dapat mengidentifikasi atau mengakses es di bulan. Ini termasuk misi seperti Lunar Flashlight dan program seperti Break the Ice Lunar Challenge.

Ada juga sudut pandang ilmiah untuk misi tersebut, karena mempelajari distribusi es melintasi Bulan dapat membantu menjawab pertanyaan tentang sejarah Bulan. Masih menjadi pertanyaan terbuka bagaimana es ini sampai di Bulan. Apakah diendapkan ke permukaan oleh komet atau ada proses alami yang menyebabkan es terbentuk.

Tetapi penekanan utamanya adalah untuk mengaktifkan misi berawak di masa depan. “Dari perspektif eksplorasi manusia, jika ada jumlah es yang signifikan di Bulan dan kita dapat mengaksesnya, maka itu akan mengubah cara kita menjelajahi bulan,” kata Lightsey.

Data dari Lunar Flashlight juga akan dilengkapi dengan informasi yang dikumpulkan dari misi lain, seperti LunaH-Map dan Lunar IceCube CubeSats, yang baru-baru ini diluncurkan dengan roket Space Launch System NASA.

LunaH-Map saat ini mengalami masalah dengan sistem propulsinya, tetapi jika mampu pulih, dapat menggunakan spektrometer neutronnya untuk mencari endapan es di bawah permukaan bulan, sedangkan Lunar IceCube akan melihat bagaimana air diserap dan dilepaskan oleh Regolit bulan.

“Jika ada es di sana, itu merupakan faktor strategis yang besar dalam perencanaan jangka panjang kami tentang bagaimana k membangun tempat tinggal jangka panjang di bulan. Jadi kami ingin tahu berapa banyak dan di mana itu. Kami pada dasarnya sedang mencari es di bulan,” kata Lightsey.

Reporter magang: Dinda Khansa Berlian

[faz]

Artikel atau berita di atas tidak berkaitan dengan situasi apapun, diharapkan bijak dalam mempercayai atau memilih bacaan yang tepat. Terimakasih.